Selamat pagi para sahabat terkasih, walau masa keemasan kita telah berlalu semoga jiwa kita tetap semangat dengan tubuh yang sehat.
Meski terlambat semoga bacaan di bawah ini menarik dijadikan sebagai bahan renungan.
*KENAPA BANYAK PROFESIONAL MELARAT DI MASA PENSIUNNYA*?
Ketika saya lari pagi bersama istri, entah kenapa dalam 1 tahun belakangan ini ada begitu banyak rumah dipasangi plang "dijual". Tentu tidak mudah menjual rumah dengan kaveling ukuran besar di atas 600 m² dalam kondisi seperti sekarang ini.
Kebetulan perumahan kami kebanyakan memang rata-rata pensiunan pejabat dan profesional yang bekerja di perusahaan-perusahaan besar dulunya (saya tahu karena warga sering kali berkumpul setiap 1 bulan sekali).
Saya acapkali mendengarkan bagaimana para manula bercerita begitu mengebu-gebu mengenai hebatnya mereka di masa masih memiliki jabatan/posisi.
Saya juga tak menyangka ternyata orang-orang yang tinggal di sana pun tidak semuanya kaya raya. Dulu memang mereka kaya, tetapi ketika pensiun dan anak-anak sudah pergi meninggalkan rumah, mereka kesulitan membayar dan maintain bulanan rumah yang memang sudah mulai naik keleher.
*MENABUNG* berbeda mas bro dengan *BERINVESTASI*
SAVING memang baby step yang harus dilalui, tetapi itu cuma langkah awal saja. Orang tak bisa hanya dengan mendepositokan uang pensiun, WHY? Karena saving dalam bentuk tabungan dan deposito cuma membuat uang justru BERKURANG nilainya? Nah lho kok bisa? Yap..... karena INFLASI tidak bisa dilawan dengan cuma bermain di instrument deposito. Coba lihat bagaimana bunga deposito sekarang cuma 5%. Jadi kalau punya duit 100 juta, cuma dapat bunga 5 juta/tahun atau cuma dapat Rp 400.000/bulan, artinya tahun mendatang uang pensiun tak akan cukup.
PROFESIONAL YANG PALING SERING KESULITAN SAAT PENSIUN
Kebanyakan profesional (gak semua lho) merupakan safety player. Mereka orang-orang yang memang dikondisikan seperti itu. Semakin profesional maka semakin menjauh dari karakter risk taker.
YANG JADI PERTANYAAN, APAKAH SAAT USIA ORANG SEMAKIN MENUA, MEREKA SEMAKIN RISK TAKER?
Saya jauh-jauh hari sudah berjanji jika MENUA nanti, tak akan membuat REPOT anak-anak, karena mereka sudah dipusingkan dengan urusan keluarga mereka sendiri. Kami tak mau dicap sebagai BENALU.
JADI APA DONG YANG HARUS DILAKUKAN?
- Pensiunlah semuda mungkin kalau bisa ☺. Karena saat anda sudah selesai dengan diri sendiri, tentu itu waktunya BERBUAT SESUATU untuk orang lain. Sudah barang tentu akan jauh lebih mudah memberi makan orang lain, saat perut sudah kenyang.
- Belajarlah tentang FINANCIAL PLANNER. Belajar tentang bagaimana membuat balance sheet, mengatur post pengeluaran, pengeluaran tak terduga, mempertahankan asset, melawan inflasi dll. Tentu belajar tentang financial tidak akan membuat anda jadi MATREALISTIS TAPI JUSTRU JADI REALISTIS.
- Banyaklah berteman dengan orang di luar kelompok. Nggak perlu minder atau malah menjauhi mereka. Anda tak perlu iri hati melihat orang lain maju, tetapi dekati dan banyak- banyaklah bertanya. Mereka akan suka berbagi pengalaman.
- Belajar berinvestasi yang benar, bukan bermain money game, investasi abal-abal yang sering kali menggoda logika. Berinvestasi itu bukan seperti membuat telor ceplok mas bro. ☺☺
- Bekerjalah lebih keras, tekun dan cerdas.
- Teruslah menginfluense orang untuk maju, bukan cuma sekedar pamer sana, pamer sini. Itu cuma membuat anda makin berjarak, walaupun di depan anda dipuji, tapi di belakang anda dicemooh. Budaya masyarakat kita belum bisa mengapresiasi keberhasilan orang secara tulus.
- Hiduplah apa adanya. Itu membuat hidup jadi lebih RINGAN. Sesuaikan gaya hidup dengan income. Anda tak perlu kok pura-pura kaya atau sukses dengan membeli GENSI. Terlalu mahal pertarungannya untuk masa depan. Approval orang lain bahwa kita sukses akan datang sendiri kok nantinya, nggak perlu teriak-teriak. ☺☺
so... benang merahnya:
PENSIUN ADALAH SAAT DIMANA ANDA BERBUAT SESUATU UNTUK ORANG LAIN, BUKAN MENYUSAHKAN ORANG LAIN. ☺☺
BRAVO
Penulis yang selalu tertarik pada Human, Finance and Marketing. ☺☺
Sharing dari Herry Widjaja.